Beirut, 24 Februari 2025 – Dalam pertemuan penting dengan delegasi tingkat tinggi Iran yang berkunjung ke Beirut, Presiden Lebanon, Joseph Aoun, menegaskan bahwa Lebanon bukanlah arena perang bagi kepentingan asing. Pertemuan ini terjadi di tengah suasana berkabung atas kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
“Lebanon sudah lelah dengan perang yang dilakukan pihak-pihak lain di wilayahnya,” ujar Presiden Aoun dalam pertemuan yang berlangsung di Beirut, menurut laporan AFP. Pernyataan keras ini dilontarkan di hadapan para pejabat Iran yang hadir untuk menghadiri pemakaman Nasrallah, sebuah peristiwa yang menandai babak baru dalam politik Lebanon pasca-konflik.
Iran, yang lama dikenal sebagai pendukung utama Hizbullah, mengirim delegasinya ke Beirut di tengah ketegangan yang masih tersisa dari konflik tahun lalu antara Hizbullah dan Israel. Konflik tersebut berakhir dengan gencatan senjata pada November, namun meninggalkan cicatrices yang mendalam di Lebanon, yang sudah berjuang dengan krisis politik dan ekonomi.
Presiden Aoun, yang memiliki latar belakang militer dan dikenal memiliki kedekatan dengan Barat, menambahkan, “Negara-negara lainnya tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara lainnya,” menegaskan prinsip kedaulatan dan non-intervensi. Dalam nada yang sama, ia menyampaikan bahwa persatuan rakyat Lebanon adalah cara terbaik untuk menghadapi kerugian atau agresi.
Kehadiran delegasi Iran di pemakaman juga menjadi simbol solidaritas Iran terhadap Hizbullah, meskipun kelompok ini mengalami kerugian besar dalam perang terakhir melawan Israel. Ditambah lagi, jatuhnya Bashar al-Assad di Suriah pada Desember lalu memutus salah satu jalur utama senjata Hizbullah dari Iran, melemahkan posisi mereka di Lebanon.
Situasi politik di Lebanon yang terpecah memungkinkan pemilihan Aoun sebagai presiden, setelah lebih dari dua tahun kepresidenan negara itu vakum. Pemilihan ini diikuti dengan persetujuan pembentukan pemerintahan baru, di mana Aoun dipandang sebagai kandidat pilihan Washington, mencerminkan shift dalam dinamika politik internal Lebanon.
Ke depan, Lebanon menghadapi tantangan dalam mengkonsolidasikan stabilitas politik sambil menghindari menjadi medan pertempuran bagi kepentingan asing. Penegasan Presiden Aoun dalam pertemuan ini tidak hanya mengirimkan pesan kuat kepada komunitas internasional tentang posisi Lebanon dalam konflik regional, tetapi juga menegaskan komitmennya untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional di tengah dinamika geopolitik yang berubah.
Pertemuan ini mungkin juga membuka jalan bagi dialog lebih lanjut tentang bagaimana Lebanon dan para pemangku kepentingan regional bisa berkolaborasi untuk mencapai kestabilan dan kemakmuran bersama, tanpa mengorbankan kedaulatan dan kepentingan nasional Lebanon.