indonesiainsight.com, Jakarta – Bursa saham Asia kembali mengalami gejolak pada perdagangan Rabu (9/4/2025), dengan mayoritas indeks utama mengalami penurunan signifikan. Hal ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas menyusul kebijakan tarif dari Presiden AS, Donald Trump.
Mengutip data Reuters, Kamis (10/4), berikut ini adalah pergerakan utama indeks di kawasan Asia:
Pergerakan Indeks Asia (9 April 2025)
📈 China (Menguat):
- Shanghai Composite: Naik 1,31% ke 3.186,81
- CSI 300: Naik 0,99% ke 3.686,79
- Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,68% ke 20.264,49
📉 Jepang (Melemah):
- Nikkei 225: Turun 3,93% ke 31.714,03
- Topix: Turun 3,40% ke 2.349,33
📉 Korea Selatan (Melemah):
- Kospi: Turun 1,74% ke 2.293,70
- Kosdaq: Turun 2,29% ke 643,39
China Ambil Langkah Proaktif
Perdana Menteri China, Li Qiang, menyampaikan bahwa pemerintah akan menerapkan kebijakan makroekonomi yang lebih proaktif dan tepat waktu untuk menstabilkan ekonomi domestik yang tengah tertekan oleh kebijakan perdagangan AS.
“Kita harus merespons ketidakpastian lingkungan eksternal dengan kebijakan yang kuat dan efektif,” ujarnya.
Li menegaskan bahwa kuartal kedua 2025 menjadi periode krusial untuk memulihkan pertumbuhan dan menjaga kestabilan internal.
Jepang dan Korea Selatan Tertekan
Dari Tokyo, Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato menyuarakan kekhawatiran atas efek lanjutan dari kebijakan tarif Trump terhadap pasar global. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara negara-negara G7 dan lembaga internasional seperti IMF guna menjaga stabilitas finansial dunia.
Sementara itu, di Korea Selatan, tekanan resesi mulai terasa. Bank Sentral Korea (BoK) diperkirakan akan melakukan dua kali pemangkasan suku bunga acuan masing-masing sebesar 25 basis poin pada kuartal kedua dan ketiga 2025.
Ketegangan Dagang Masih Membayangi
Pasar keuangan Asia terus dibayangi oleh ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, dengan kebijakan proteksionis AS menjadi pemicu utama. Hanya China yang sejauh ini mampu menahan tekanan lewat intervensi dan kebijakan fiskal aktif.
Para pelaku pasar diharapkan mencermati perkembangan selanjutnya, khususnya sikap AS dalam beberapa pekan mendatang.